Bagaimana Otot Berubah Ketika Berolahraga ???
Olahraga merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kesehatan tubuh, terutama dalam membangun dan memperkuat otot. Proses ini melibatkan berbagai perubahan dalam tubuh, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut adalah penjelasan ilmiah mengenai bagaimana otot berubah ketika seseorang berolahraga.
Perubahan Jangka Pendek Selama Berolahraga
1. Peningkatan Aliran Darah ke Otot
Ketika seseorang berolahraga, tubuh meningkatkan aliran darah ke otot yang aktif untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi (Guyton & Hall, 2016). Jantung memompa lebih banyak darah untuk mendukung metabolisme otot yang meningkat (Wilmore & Costill, 2004). Akibatnya, otot menjadi lebih penuh atau "pump" akibat peningkatan volume darah di dalamnya (Kraemer & Ratamess, 2005).
2. Peningkatan Suhu Otot
Suhu otot meningkat selama aktivitas fisik karena peningkatan produksi panas dari kontraksi otot (Bergh & Ekblom, 1979). Ini menyebabkan serat otot menjadi lebih elastis dan mengurangi risiko cedera (McArdle, Katch, & Katch, 2015). Peningkatan suhu juga mempercepat reaksi enzimatik yang mendukung metabolisme energi (Hargreaves & Spriet, 2020).
3. Produksi Asam Laktat
Saat intensitas olahraga tinggi, otot memproduksi energi melalui metabolisme anaerobik, yang menghasilkan asam laktat sebagai produk sampingan (Brooks, Fahey, & Baldwin, 2005). Akumulasi asam laktat dalam otot dapat menyebabkan sensasi terbakar dan kelelahan sementara (Gladden, 2004). Namun, tubuh secara alami akan membersihkan asam laktat melalui aliran darah setelah aktivitas selesai (Robergs et al., 2004).
4. Peningkatan Aktivasi Saraf Otot
Olahraga merangsang sistem saraf untuk mengirim sinyal lebih cepat ke otot, meningkatkan reaksi dan kekuatan sementara (Enoka, 2015). Latihan yang dilakukan secara konsisten dapat meningkatkan efisiensi komunikasi antara otak dan otot, yang berkontribusi pada peningkatan performa fisik (Haff & Triplett, 2015).
Perubahan Jangka Panjang Akibat Latihan Rutin
1. Hipertrofi Otot (Pembesaran Otot)
Latihan beban secara konsisten menyebabkan mikrotrauma pada serat otot, yang kemudian diperbaiki oleh tubuh, menghasilkan pertumbuhan otot atau hipertrofi (Schoenfeld, 2010). Proses ini dipengaruhi oleh peningkatan sintesis protein otot dan pelepasan hormon anabolik seperti testosteron dan hormon pertumbuhan (West & Phillips, 2012).
2. Peningkatan Daya Tahan Otot
Latihan aerobik, seperti berlari atau bersepeda, meningkatkan jumlah mitokondria dalam sel otot, yang berperan dalam produksi energi (Holloszy, 1967). Selain itu, terjadi peningkatan kapasitas oksidatif otot, yang memungkinkan tubuh menggunakan oksigen lebih efisien dan memperlambat timbulnya kelelahan (Bassett & Howley, 2000).
3. Peningkatan Kekuatan dan Koordinasi
Latihan yang teratur meningkatkan efektivitas sistem saraf dalam mengaktifkan unit motorik otot, menghasilkan peningkatan kekuatan (Aagaard et al., 2000). Selain itu, olahraga melatih koordinasi antara kelompok otot yang berbeda, sehingga gerakan menjadi lebih efisien dan bertenaga (Carroll, Riek, & Carson, 2001).
4. Perubahan Komposisi Serat Otot
Latihan yang berulang dapat menyebabkan perubahan pada serat otot. Serat otot tipe II (fast-twitch), yang biasanya digunakan untuk gerakan eksplosif, dapat mengalami adaptasi menjadi lebih tahan lama jika sering dilatih dalam aktivitas aerobik (Staron et al., 1991). Sebaliknya, serat otot tipe I (slow-twitch) dapat berkembang menjadi lebih kuat dengan latihan beban (Hather et al., 1991).
Dampak Latihan Terhadap Sistem Hormon
Olahraga mempengaruhi pelepasan hormon yang mendukung pertumbuhan dan pemulihan otot. Latihan beban meningkatkan kadar testosteron, hormon pertumbuhan, dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1), yang semuanya berperan dalam hipertrofi otot (Kraemer & Ratamess, 2005). Selain itu, olahraga menurunkan kadar hormon stres seperti kortisol, yang dapat merusak otot jika berlebihan (Hackney, 2006).
Pemulihan dan Adaptasi Otot
Setelah berolahraga, otot membutuhkan waktu untuk pulih dan beradaptasi. Pemulihan melibatkan sintesis protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemecahan protein, yang mengarah pada pertumbuhan otot (Phillips et al., 1997). Konsumsi protein dan karbohidrat setelah latihan dapat membantu mempercepat pemulihan dan mengisi kembali glikogen otot (Ivy, 1998).
Kesimpulan
Otot mengalami berbagai perubahan saat seseorang berolahraga, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan aliran darah, suhu otot, dan produksi asam laktat adalah beberapa perubahan yang terjadi saat olahraga berlangsung. Dalam jangka panjang, latihan yang konsisten dapat menyebabkan hipertrofi otot, peningkatan daya tahan, dan perubahan komposisi serat otot. Adaptasi ini didukung oleh sistem saraf dan hormonal yang bekerja untuk meningkatkan performa fisik. Oleh karena itu, olahraga secara teratur sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan otot dalam jangka panjang.
Referensi
Aagaard, P., Simonsen, E. B., Andersen, J. L., Magnusson, S. P., & Dyhre-Poulsen, P. (2000). Increased rate of force development and neural drive of human skeletal muscle following resistance training. Journal of Applied Physiology, 93(4), 1318-1326.
Bassett, D. R., & Howley, E. T. (2000). Limiting factors for maximum oxygen uptake and determinants of endurance performance. Medicine & Science in Sports & Exercise, 32(1), 70-84.
Schoenfeld, B. J. (2010). The mechanisms of muscle hypertrophy and their application to resistance training. Journal of Strength and Conditioning Research, 24(10), 2857-2872.
West, D. W. D., & Phillips, S. M. (2012). Anabolic processes in human skeletal muscle: Resting and exercise-induced protein turnover. Sports Medicine, 42(12), 969-984.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar